Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Film My Generation Memaksa Orangtua Harus Melek Realitas Remaja Millenial

Sebuah qoute dari Presiden Soekarno yang berisi
"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"
Secara logika kayaknya ga mungkin ya, cuma 10 anak muda kok bisa bikin dunia goyang-goyang. Tapi kenyataannya udah keliatan kok di keseharian kita sekarang.

Mark Zuckerberg yang sekarang menjadi salah satu miliarder terkaya di dunia belumlah berusia 30 tahun saat memulai Facebook. Atau Andrew Darwis salah satu founder kaskus yang menjadikan kaskus komunitas daring terbesar di Indonesia.

Tapi semua karya mereka bukan ujug-ujug, karena pasti ada latar belakang dan kisah yang mengantarkan mereka bisa menjadi seperti itu. Dan sebelum jadi dewasa semua orang pasti pernah mengalami masa remaja.


Kompleksitas Remaja Zaman Sekarang

Hidup adalah tentang maju ke masa depan bukan mundur ke masa lalu *tsaaah. Mungkin di 20 tahun lalu tantangan remaja hanya masi seputar pelajaran di sekolah, percintaan, dan orang tua. Tapi jaman sekarang coba dilihat, isinya ya percintaan, beda pendapat dengan ortu dan sulitnya pelajaran di sekolah *lha kok sama?

Memang sebenarnya sama aja inti masalahnya, tapi godaan anak jaman dahulu belum sebesar anak masa kini. Dulu role model paling utama adalah orang tua dan guru, tapi sekarang dengan pesatnya perkembangan gadget, role model jadi bergeser, bisa jadi mereka mengidolakan orang yang sama sekali belum pernah mereka temui, itu lho mba aw-aw *naujubillah


Realitas adalah kenyataan

Orangtua ga boleh menutup mata bahwa kemajuan zaman memang bagai pisau bermata dua, di satu pihak memudahkan remaja mempelajari hal tanpa harus melangkah jauh dari rumah tapi di sisi lain membuat remaja jadi lebih rentan terkontaminasi berbagai macam hal termasuk yang kurang baik. Belum lagi fakta mengerikan tentang pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Tapi supaya remaja ga terjerumus ke jalan yang salah seharusnya orang tua merangkul dan membimbing mereka karena dalam diri mereka sendiri pun ada gejolak dan krisis identitas yang butuh arahan bukan hanya sekadar melarang atau menyalahkan.

Realitas ancaman pada remaja inilah yang membuat sutradara Upi menggarap film tentang remaja berjudul My Generation. Sebelum karya terbarunya ini, Upi sudah kita kenal salah tiganya melalui 30 Hari Mencari Cinta, Radit dan Jani, My stupid Boss.


Sinopsis My Generation


Film My Generation bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Diawali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video yang mereka buat berisi protes kepada sekolah, guru dan ortu mereka menjadi viral di sekolah mereka.

Keempatnya tidak berdiam diri begitu saja, dan justru selama masa dihukum itu mereka mengalami beragam kejadian dan petualangan yang memberi mereka pelajarn hidup yang berarti.

ZEKE: pemuda pemberontak tapi sangat setia kawan, yang ternyata memendam sesuatu dalam hatinya. Zeke merasa kedua orang tuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk menyembuhkan luka yang dipendamnya, Zeke harus berani mengkonfrontotasi orang tuanya dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus diantara mereka.

ORLY: sebagai perempuan yang kritis, pintar dan berprinsip dan ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal-hal lain yang ‘melabeli kaum perempuan. Salah satunya keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang sering diberikan kepada perempuan. Diluar itu Orly bermasalah dengan ibunya yang single parent, yang sedang berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda. Bagi Orly gaya hidup sang ibu tidak sesuai dengan umurnya.

SUKI:sebagai perempuan paling cool diantara teman-temannya. Selayaknya anaka muda ada umumnya Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Tetapi krisis kepercayaan dirinya semakin besar seiring dengan sikap orang tuanya yang selalu berpikiran negatif padanya.

KONJI: sebagai pemuda yang polos dan naif, tengah mengalamai dilema dengan masa pubertasnya, ia merasa di tekan oleh aturan orangtuanya yang sangat kolot dan over protective. Hingga ada satu peristiwa membuatnya shock. Hal itu membuat kepercayaannya pada orang tuanya hilang dan konji balik mempertanyakan moralitas orang tuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang mereka tuntut terhadap Konji.

Keempat remaja yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya itu menemukan banyak pelajaran hidup yang ga diajarkan di sekolah formal lewat petualangan mereka. Namun dibalik keceriaan remaja ada kisah-kisah dan rasa yang dipendam dalam batin karena kurangnya dukungan dari orang terdekat. Padahal seharusnya orang tua sebagai orang paling dekat mendampingi fase remaja yang membahayakan ini.

Sutradara Upi mengajak kita semua baik single, calon ortu maupun yang sudah punya generasi penerus untuk melihat realitas dalam film My Generation yang sebenarnya sudah banyak kita temui di kehidupan nyata, bagaimana masa remaja sangat rentan menerima pengaruh dari dunia luar jika tidak ada bimbingan dari orang tua atau sebaliknya jika terlalu dikekang dan diunderestimate terus menerus.

Ga usah khawatir mengajak ortu karena My Generation ga mengajarkan pergaulan bebas, menjurus ke penyalahgunaan obat atau seks di bawah umur ya. Its totally no

Nah kamu jadi penasaran ga film yang nantinya tayang 9 November 2017. Kalau pengen nonton trailernya dulu yuk cek dibawah ini ya..



#NungguFilmMyGeneration
#MyGenerationFilm
#FilmMyGeneration

Post a Comment for "Film My Generation Memaksa Orangtua Harus Melek Realitas Remaja Millenial"