Penyebab Rendahnya Literasi dan Tips Menumbuhkan Minat Baca pada Anak
Hari gini, masa sih masih ada yang buta aksara?
Pertanyaan skeptis itu saya lontarkan dalam hati ketika harus melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Cihaur, sebuah desa di perbatasan Cirebon dan Brebes. Program KKN kami kala itu adalah mengajar warga desa yang belum bisa membaca atau bahkan sama sekali tidak melek huruf.
Ketika saya dan rombongan sampai di lokasi, kami semua tertegun. Rupanya masih banyak rakyat Indonesia yang tidak dapat membaca adalah fakta. Padahal sejak 1948 pemerintah Indonesia telah memulai gerakan pemberantasan buta aksara secara besar-besaran.
Aksara atau huruf adalah komponen awal untuk menyusun sebuah kata yang dapat berkembang menjadi kalimat. Aksara juga merupakan jembatan ke jalan dunia tulis menulis, dan sebagai salah satu alat komunikasi manusia maka sangat wajib mempelajarinya tanpa memandang usia atau strata sosial.
Namun orang yang memahami aksara dan lancar membaca tidak lantas menjamin ia akan bisa menulis dengan baik. Karena banyak faktor pendukung untuk membuat seseorang bisa menulis, terlebih menulis sebuah karya tulis atau karya sastra.
Menumbuhkan minat membaca sejak dini
Masih nyambung dengan bahasan sebelumnya, untuk membuat seseorang bisa 'menulis' adalah dengan banyak membaca. Katanya membaca akan memperkaya kosakata, pemilihan diksi dan sudut pandang.
Dahulu, Indonesia memiliki puluhan sastrawan yang karyanya bahkan mendunia seperti WS Rendra dan NH Dini. Namun bagaimana sekarang ini? Saya hanya mengenal novelis Andrea Hirata yang sukses dengan Laskar Pelangi. Entah memang sulit mencari sastrawan milenial atau saya yang kekurangan informasi?
Memang banyak kendala untuk (boro-boro) menghasilkan karya tulis, lha wong menumbuhkan minat membaca saja susah setengah mati. Negara kita bahkan terkenal dengan literasinya yang rendah. Jadi ga heran hoax berupa tulisan mudah menyebar.
Kendala tingkat literasi yang rendah tersebut disebabkan banyak hal, yaitu:
1. Sedikitnya jumlah toko buku di Indonesia, dan bahkan makin berkurang. Di Semarang saja contohnya, toko-toko buku yang bertahan hanya milik penerbit mayor.
2. Sarana membaca yang minim dan tidak menarik, misalnya perpustakaan yang terkesan horor dan koleksi bukunya tidak update. Setiap memasuki perpustakaan kok rasanya mau uji nyali.
3. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan platform hiburan audio visual yang lebih menggoda.
4. Kurangnya motivasi untuk membaca.
5. Kebiasaan membaca yang tidak ditumbuhkan dari rumah.
Nah alasan terakhir ini juga sedikit banyak mempengaruhi keinginan seseorang untuk membaca. Karena anak-anak yang terbiasa diberikan asupan buku-buku berkualitas tentunya akan berbeda dengan mereka yang tidak punya akses serupa.
Sedikit tips agar anak suka baca buku
- Sediakan buku yang menarik minatnya
Orang tua harus memahami minat anak, misalnya si anak suka dengan dinosaurus maka untuk memancing ia mau membaca sediakanlah buku-buku bertema dinosaurus.
- Susun buku di tempat yang mudah dijangkau anak
Ukuran postur dan tinggi anak tentunya berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu letakkan buku di tempat yang mudah diakses.
- Baca bareng anak
Buat jadwal membaca buku bersama setiap harinya selama beberapa menit. Jika anak sudah cukup besar dan memahami bacaan maka bisa diajak berdiskusi tentang apa yang baru dibaca.
- Contohkan kebiasaan membaca
Cara paling efektif bagi anak adalah memberi contoh nyata termasuk orang tua mencontohkan kebiasaan membaca.
💟
Kebiasaan membaca yang dibangun sejak dini akan membantu banyak hal. Tidak hanya melancarkan kemampuan membaca dan memperbanyak kosakata tapi juga dapat mengarahkan cara berpikir, cara menyelesaikan masalah dan mendapat ilmu pengetahuan.
Semasa saya kecil, saya akrab dengan bacaan Lima Sekawan dan Trio Detektif. Dari bacaan tersebutlah saya tumbuh sebagai anak yang tidak penakut dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
Hari Aksara Internasional
Setiap tanggal 8 September dunia memperingati Hari Aksara Internasional/Sedunia atau Hari Melek Huruf Internasional. Hari Aksara Internasional yang dinobatkan oleh UNESCO pada 17 November 1965 ini bertujuan untuk mengingatkan pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.
Sebelum adanya pandemi covid-19, Hari Aksara Internasional juga diperingati kota-kota besar di Indonesia dengan menggelar lomba-lomba yang berkaitan dengan membaca dan menulis.
Namun, hari Aksara internasional ini sering dianggap hanya seremonial saja karena budaya membaca di Indonesia tidak banyak berubah. Harapannya, kita tidak cuma mampu mengentaskan angka buta aksara di negara ini, tapi juga mampu menyebarkan kecintaan membaca ke seluruh lapisan masyarakat. Karena seperti pepatah "Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang", maka sesorang akan tetap dikenal hingga kapanpun bila ia meninggalkan karya, termasuk karya tulis.
Mohon maaf yang memasukkan link hidup dihapus otomatis ya.
Salam Blogging!