Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Suntik Vaksin Covid-19 Anak di Sekolah

Alhamdulillah akhirnya Aito sudah vaksin Covid-19 dosis yang pertama.

Pelaksanaan vaksin yang Aito ikuti semuanya dihandle pihak sekolah. Jadi saya sebagai orang tua hanya tinggal kooperatif saja. Waktu itu dokumen yang diminta hanyalah Kartu Keluarga sebanyak dua lembar.

Menyiapkan anak menjalani vaksinasi covid-19 bagi kami tidak rempong. Sebelum ada panggilan resmi untuk suntik vaksin pun Aito sudah disounding kalau akan ada gilirannya dia divaksin. Karena sebelumnya ia tahu cuma ayah dan bundanya yang boleh berangkat vaksin. Lalu ketika tiba gilirannya, Aito sama sekali tidak ada kendala untuk disuntik.

Saat itu sekolah sudah memberi jadwal anak-anak divaksin pada jam berapa. Mereka membagi dua sesi supaya sekolah tidak penuh sesak oleh anak-anak dan para pengantar.

Saya pun mengantar dan mendampingi Aito  yang sejak sehari sebelumnya sudah antusias. Iya, dia memang tidak takut disuntik.

Di sekolah, kami datang 5 menit lebih dari jadwal yang tertera. Rupanya sekolah sudah cukup ramai. Terlilhat juga beberapa pengantar menunggu di luar sekolah.

Guru-guru SD Aito semuanya siaga untuk mengarahkan anak-anak dan para pendamping supaya tidak saling berkerumun. Dan setelah berkali-kali pindah ruangan tunggu, ruang tensi dan cek suhu, ruangan screening, Aito pun mendapat gilirannya untuk disuntik.


Aito yang tidak takut jarum suntik hanya berpesan pada bu nakes untuk pelan-pelan saja menyuntiknya, yang membuat bu nakes menjawab iya. Di balik masker mungkin saja bu nakes tertawa atau tersenyum, seperti saya yang juga tersenyum tiap kali Aito vaksin.

Lalu ujung jarum suntik pun mendekati Aito. Eh, bukannya ia memalingkan muka, malah ia pelototin itu jarum masuk ke kulit lengannya. Hahaha, alhamdulillah ya anak bunda pemberani.

Setelah selesai vaksin, bahkan Aito sempat mendekati teman satu kelasnya dan memberikan semangat supaya tidak gentar disuntik. "Ga apa-apa kok, ga sakit", begitu ujar si kecil.

Bicara soal vaksin, sebagai ibu zaman now yang banyak membaca informasi terus terang saja saya juga merasa khawatir. Bukan mengenai berita hoax karena insyaAllah sudah semaksimal mungkin menyaring informasi yang beredar. Namun jika bicara KIPI, reaksi 'benda asing' yang masuk tubuh manusia memang bisa beragam reaksinya. Dan itulah yang menjadi perhatian.

Maka ketika selesai vaksin, 2 hari berikutnya saya tetap memantau si kecil. Terpaksa pula ia saya larang bermain di luar rumah seperti biasa. Dan memintanya banyak istirahat serta minum air putih.

Alhamdulillah hingga selesai waktu pemantauan, Aito tidak mengalami gejala KIPI sama sekali.

Post a Comment for "Cerita Suntik Vaksin Covid-19 Anak di Sekolah"