Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

OYPMK Juga Perlu Chilling dan Healing Lho

OYPMK adalah singkatan dari Orang Yang Pernah Menderita Kusta.

Akronim OYPMK saya ketahui dari sebuah live talkshow bertajuk "Chilling -Healing Bagi OYPMK, Perlukah?

Acara ini mendatangkan dua narasumber yaitu Donna Swita dan Ardiansyah. Nah siapakah mereka dan apa kaitannya dengan acara tersebut?

Sebelum masuk ke live talkshow yang dapat disaksikan di YouTube Berita KBR, pada 14 Desember 2022 dengan dua narsum di atas, yuk kita 'senggol' sedikit mengenai penyakit kusta.

Penyakit kusta masih ada di Indonesia sejak dahulu sampai saat ini. Bahkan Indonesia merupakan negara peringkat ketiga di dunia yang warganya mengidap kusta setelah India dan Brazil. Sementara itu di kawasan Jawa Timur berada di peringkat satu nasional. Dimana di Jawa Timur memiliki angka kasus penularan kusta pada anak yang masih sangat tinggi. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran akan penyakit kusta tersebut.

Kusta memang masih menjadi masalah pelik bagi masyarakat, karena banyak stigma dan penghakiman yang mengatakan penyakit ini sebagai kutukan, padahal tentu saja tidak. Hal tersebut membuat masyarakat pun salah kaprah mengenai penyebaran kusta termasuk cara memandang penderita kusta yang sangat diskriminatif. Bahkan setelah mereka yaitu para penyandang kusta sembuh pun tetap banyak yang diberlakukan berbeda, jadi ya wajar saja hingga kini banyak para penderita kusta yang kurang merasa percaya diri.

Kisah mengenai perjuangan seorang penderita untuk sembuh pun diceritakan oleh Ardiansyah, beliau merupakan seorang OYPMK dan sekarang menjabat Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia (Univeritas Pelita Bangsa). Pada Ruang Publik KBR inilah Ardiansyah menceritakan kisah masa lalunya.

Pada awal penyakitnya, Ardiansyah masuk ke rumah sakit tanpa beban dan didukung oleh keluarga namun ketika mendekati akhir pengobatan rupanya reaksi keluarganya berubah.

Disebabkan penyakit kusta yang ia derita, Ardiansyah bahkan dilarang untuk bertemu dengan orang lain, termasuk kepada saudara-saudaranya supaya ia menjaga jarak dan yang mengatakan hal tersebut adalah sang ibu. Hal tersebut sempat membuat Ardiansyah mengalami luka batin.

Karena kusta, Ardiansyah bertanya-tanya kenapa ia justru dikucilkan bukannya didukung bahkan oleh keluarganya sendiri. Tapi lambat laun Ardiasyah mampu berdamai dengan diri sendiri dan menerima keadaan karena ia melakukan langkah konkrit yaitu meningkatkan kemampuan yang ia bisa sehingga fokus pada kelebihan bukan kekurangan dirinya. 

Hadir pula narsum dari IWE yaitu Donna Swita selaku Executive Director Intitute of Women Empowerment (IWE). Latar belakang dibentuknya IWE, adalah Organisasi yang lahir tahun 2008 oleh para perempuan aktivis, akademisi, dan tidak hanya dari Indonesia. Awalnya dulu berkantor di Hongkong. Kemudian tahun 2016 kantor IWE pindah di Jakarta karena program-programnya bersentuhan dengan pemberdayaan perempuan yang ada di Indonesia. IWE juga memperhatikan disabilitas terkait kalangan minoritas. Tiga tahun terakhir mereka bekerja untuk perawatan diri bagi perempuan yang memperjuangkan pembela HAM dan perempuan pembela HAM.

Pada Ruang KBR, Donna menjelaskan makna dari healing yang kini banyak diartikan oleh masyarakat sebagai wisata. Padahal makna sebenarnya healing ya penyembuhan. Lebih lengkapnya adalah penyembuhan pada sesuatu atau psikis dan emosi seseorang. Dan healing bisa terjadi bagi siapa aja, bukan hanya OYPMK dan penyandang disabilitas.


Lebih lanjut mengenai healing atau penyembuhan, ada 5 dimensi yang menjadi target dari healing yaitu:
- Dimensi Fisik, misalkan orang yang kurang istirahat dan memberikan stigma yang nggak bisa tidur akan berefek pada fisik.
- Dimensi Psikis, bisa dibilang banyaknya stigma dan harus dibenahi
- Dimensi Mental
- Dimensi Relasi, antara dia dan keluarga, orang yang ada sekitarnya, lingkungannya
- Dimensi Spiritual ini nggak melulu yang ada hubungannya dengan agama saja

Dan mengenai OYPMK biasanya tidak punya teman karena dirinya sendiri kurang bahkan tidak percaya diri, tentu hal ini semakin memperbesar tekanan bahwa muncul stigma diri.

Sebagaimana manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial, mestinya OYPMK memiliki teman yang bisa atau mau mendengar curhatannya agar ia tidak merasa sendirian.

Namun, perubahan harus dimulai dari yang bersangkutan sendiri. Jadi harus diawali dari diri sendiri sebelum bisa mendapat dukungan dari orang di sekelilingnya.

Ruang Publik dari Berita KBR bertema 'Chilling-Healing Bagi OYPMK, Perlukah?' yang saya ikuti kemarin sangat membuka wawasan mengenai orang yang pernah menderita kusta pun juga perlu chilling dan healing. Mau ikut menambah insight mengenai penderita kusta, yuk silahkan ditonton videonya di bawah ini ya teman.

Post a Comment for "OYPMK Juga Perlu Chilling dan Healing Lho"