Grow Happy Parenting: Orangtua Bahagia adalah Kunci Anak Bahagia
Daftar Isi
Workshop Nestle Lactogrow - 14 Agustus 2019, di Valle Resto Semarang pada pukul 10 pagi sudah berkumpul media dan blogger untuk mengikuti workshop "Grow Happy Parenting: Happy From Inside Out".
Ini bukan workshop pertama dari Lactogrow yang saya ikuti, karena sekitar awal tahun 2019 sudah ada seri pertama sesi Grow Happy Parenting yang diadakan di beda venue dan acaranya bergizi banget.
Makanya di sesi kedua ini saya makin antusias ikutan lagi 😍.
(credit:Sovialida) |
Sebagai orangtua, tentu kita punya sejuta harapan pada anak kita. Memiliki anak yang soleh atau solehah, berprestasi di sekolah, memiliki teman yang banyak, mandiri dan penurut, tidak susah makan dan keinginan-keinginan lainnya.
Salah ga sih berpikiran kaya gitu? Ya engga sih, tapi buat mengarahkan anak supaya 'jadi' itu butuh perjalanan panjang, yang sumbernya ya dari kita-kita juga sebagai orangtuanya.
Tapi kalau dihadapkan pertanyaan, mau anak yang pintar atau yang bahagia? Nah loh kalau teman-teman pilih yang mana?
Kalau saya sih, langsung menjawab memilih anak yang bahagia. Karena saat bahagia anak jadi ga tertutup dan lebih mudah untuk diberikan stimulus, nah jadinya pintar itu akan mengikuti anak yang bahagia.
Tapiii....membuat anak jadi bahagia itu jangan diartikan mesti beliin mainan atau ngajak ke playground. Ga gitu juga kok. Kebahagiaan bisa didapatkan dari hal yang simpel dan kebahagiaan itu bisa dilatih atau dipupuk sejak si anak masih kecil. Itulah yang disampaikan mba Pramudita Sarastri, Brand Executive Nestlé Lactogrow.
Nah, selain kebahagiaan, supaya anak tumbuh kembangnya optimal tentunya harus didukung pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi yang tepat dong.
Tapi tahu kah teman, pemenuhan nutrisi itu ga bisa mak jegagig alias tiba-tiba. Seharusnya orangtua mulai melakukan ini sejak awal pembentukan janin karena itulah fase dimulainya 1000 hari periode emas seorang anak. Jadi ketika merencanakan kehamilan, ya sejak itulah upayakan gizi seimbang bagi ibu dan si janin. Tuh ya bapak-bapak catet 😁, jangan pelit sama istrinya yang lagi hamil.
Lanjut lagi menurut Dokter Spesialis Anak Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) yang siang itu mengenakan dress putih beraksesoris kalung nuansa biru, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memastikan pencernaan anak dalam kondisi sehat.
Sambil 'bermain' kuis mentimeter, bu dokter memberi kami materi tentang kesehatan saluran cerna. Dan dari games ini saya banyak dapat insight baru yang shine bright like a diamond.
Salah satunya adalah meski kepala dan perut jaraknya berjauhan tapi apa yang kita makan akan mempengaruhi kerja otak bahkan mengubah suasana hati.
Gampangnya gini lho, seandainya kita lagi sembelit (atau diare) pasti bakalan ga nyaman buat beraktivitas dan ga maksimal berfikir kan. Bayangkan kalau itu terjadi pada anak-anak, pasti selama di sekolah mereka akan sulit untuk mencerna pelajaran.
Nah supaya pencernaan sehat, manusia membutuhkan probiotik, Dalam probiotik ada bakteri baik khususnya jenis Lactobacillus Reuteri.
Selain dapat mempersingkat diare akut, mengatasi kolik pada bayi, Lactobacillus Reuteri juga menghasilkan vitamin B12 dalam tubuh manusia. Vitamin B12 berperan penting menghasilkan sel darah merah serta melepaskan energi dari makanan yang dikonsumsi.
Jadi hubungannya, bakteri baik dalam probiotik itulah yang punya fungsi mengubah suasana hati, mengurangi kecemasan bahkan rasa depresi. Trus... Lactobacillus Reuteri dan bakteri baik lainnya ada di makanan seperti apa? Yaitu pada makanan/ minuman yang mengandung probiotik misalnya susu, tempe, kimchi, yogurt, kefir dan kombucha. Mmm, yang terakhir masih asing di telinga saya nih. Tapi ga masalah kan tempe juga disebut dan itu mudah didapatkan di Indonesia.
Makanya mulai sekarang selain gizi seimbang buat menu makan keluarga, jangan lupa sediakan asupan mengandung probiotik ya. Biar si kecil ga mudah cranky.
Tapi jangan berhenti pada asupan nutrisi saja, Psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi. SFP, ACC atau yang akrab disapa mba Lizzie menambahkan orangtua juga harus memperhatikan kematangan emosi anak.
Membesarkan anak yang bahagia sangatlah penting karena pengaruhnya akan terbawa sampai dewasa. Kesehatan emosi itu berperan besar lho dalam proses belajar, memori, respon terhadap stress, problem solving, memilih pekerjaan dan kesuksesan.
Saya jadi ingat pernah baca sebuah artikel tentang seseorang yang sebenarnya punya gen penjahat dari orangtua kandungnya, namun karena sejak kecil ia diadopsi oleh keluarga yang memberikannya kebahagiaan, setelah besar ia menjadi orang yang normal dan tidak pernah terlibat kenakalan remaja atau kejahatan orang dewasa.
Lalu Bagaimana Membesarkan Anak Agar Tumbuh Bahagia?
1. Makan makanan bergizi tepat waktu
Soal ini pasti klise banget lah ya, secara teori ibu-ibu pasti tahu kalau anak butuh nutrisi lebih banyak ketimbang orang dewasa, makanya penting menyiapkan makanan bergizi seimbang di setiap jam makannya.
Tapi ga semua orang tua mau melibatkan anak dalam menyiapkan makanan yang akan mereka konsumsi, padahal proses menyiapkan makanan bahkan dari mulai berbelanja bersama anak akan punya dampak positif.
Membuat makanan dalam bentuk-bentuk yang lucu seperti bento juga bisa menarik minat anak-anak untuk makan lebih banyak dan lebih semangat. Apalagi bento kan biasanya berwarna-warni.
2. Waktu bermain dan eksplorasi
Orangtua juga harus terlibat dan rutin menghabiskan waktu bersama anak. Bisa melalui bermain atau berolahraga bersama. Sembari bermain atau olahraga kita dapat mengajarkan eksplorasi peran, lingkungan atau apa saja yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Orangtua juga harus terlibat dan rutin menghabiskan waktu bersama anak. Bisa melalui bermain atau berolahraga bersama. Sembari bermain atau olahraga kita dapat mengajarkan eksplorasi peran, lingkungan atau apa saja yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ekspresi emosi positif
Positif thinking saat menghadapi kejadian positif tentu gampang. Tapi gimana kalau habis kena marah bos, kendaraan baru diserempet orang, lalu atm malah error pas harus ambil uang, itu semua kan kejadian negatif yang bisa aja terjadi dalam hari yang sama. Apakah setelah itu kita bisa positif thinking?
Namanya manusia ya pasti sulit lah, tapi di antara itu pasti ada 1 atau 2 hal positif yang terjadi dalam hari yang sama pula. Nah, mba Lizzie mengajarkan kita untuk menanyakan "ada kabar baik apa hari ini?".
Dimulai dari orangtua dan tularkan ke anak-anak, tanyakan "ada kabar baik apa hari ini?". Saat awal-awal mungkin jawaban yang keluar tidak ada sama sekali atau ke bernada negatif, arahkan saja untuk mencari hal positif. Hal ini bermanfaat banget dalam melatih emosi positif.
4. Cukupi waktu tidur
Bagi orangtua, kualitas tidur mungkin lebih penting. Tapi untuk anak-anak, durasi tidur dan rutinitas tidur sangat penting.
Nah ini masih PR banget buat anakku Aito. Meski tidur siangnya cukup tapi soal jam tidur malam masih jauh dari jam ideal.
5. Berikan cinta tanpa syarat
“Love is a cheap word. Anyone can say it, and few truly know what it means.”
Kalau cuma ngomong cinta mah gampil lah, semua bisa mengumbar katakan cinta, termasuk juga orangtua ke anaknya.
"Bunda sayang Aito. Bunda love Aito". Seribu kali dikatakan tetap bermakna sama. Tapi anak bisa merasakan mana cinta yang tulus dan yang engga. Pas anak nurut, keluar deh kalimat sakti itu, tapi begitu anak tantrum dan melakukan kesalahan, kita lupa, pada saat itu anak juga harus tetap dicintai, bukannya 'ditinggalkan'.
Nah ini yang sering kejadian di rumah. Ada ayah bunda dan si kecil dalam satu ruangan yang sama. Tapi semua sibuk dengan gadget masing-masing. Pas si kecil mau bercerita sesuatu yang menarik perhatiannya, malah kita ga antusias mendengar mereka. Paling cuma jawab "iya", "he-eh" tapi tanpa melihat si kecil. Gitu itu loh yang bikin mereka nantinya juga abai kalau kita balik butuh berkomunikasi. Atau pas menasehati mereka, gantian mereka yang 'nggeh-nggeh mboten kepanggeh' (iya-iya tapi ga dilaksanakan).
Makanya mba Lizzie mengajak orangtua antusias mendengar pakai telinga dan hati. Perhatikan pula ekspresi serta mimik anak saat ia bercerita.
Setelah berbagi tips agar anak tumbuh bahagia, kami diajak bermain yang ada hubungannya dengan tips-tips di atas, terutama soal meal preparation bergizi seimbang. Dengan play dough, para peserta workshop berlomba membuat replika makanan. Tim dibagi per meja dan harus membuat menu yang terdiri dari sarapan, makan siang dan makan malam serta harus dijelaskan satu persatu. Alhamdulillah tim saya dan teman-teman 1 meja menang. Hore!
meal prep dengan play dough (credit:Sovialida) |
hadiah buat para pemenang games play dough (credit:Sovialida) |
Pokoknya seru banget workshop Grow Happy Parenting Lactogrow ini. Bener-bener acara yang super bergizi luar dalam bagi orangtua dan calon orangtua. Sehingga bisa ditarik kesimpulan, untuk menghasilkan anak yang bahagia, jadilah orangtua yang bahagia. Dan berlatihlah bahagia mulai sekarang.
Jadi ada kabar baik apa hari ini?
(credit:Sovialida) |
Mohon maaf yang memasukkan link hidup dihapus otomatis ya.
Salam Blogging!